Senin, 23 Februari 2009

Ketua Badan Reintegrasi Aceh Dituding Bohongi Publik

Ketua Badan Reintegrasi Aceh Dituding Bohongi Publik
Senin, 23 Februari 2009 |

TEMPO Interaktif, Aceh Utara: Ketua Badan Reintegrasi Aceh Utara Nurdin Yasin dituding melakukan pembohongan publik karena mengatakan dokumen penerima manfaat bantuan korban perang di Aceh Utara adalah dokumen negara dan menolak permintaan akses dokumen itu oleh sejumlah lembaga sipil di Aceh.

Zulfikar, aktivis Lembaga Bantuan Hukum Banda Aceh Pos Lhokseumawe, mengatakan pernyataan Ketua BRA ke beberapa media lokal di Aceh itu adalah pernyataan yang sangat keliru dan melakukan pembohongan kepada
masyarakat.

"Dokumen negara itu benar, tetapi bukan berarti tidak boleh diakses oleh publik," ujar Zulfikar, Senin (23/2), yang mengaku sudah mengirim surat permintaan data tersebut, namun tidak ditanggapi.

Zulfikar mengatakan pernyataan Nurdin kepada media tersebut menimbulkan kecurigaan ada sesuatu yang disembunyikan dalam proses penyaluran bantuan terhadap koban perang. "Jika memang penyaluran sesuai prosedur kenapa harus ditakutkan," ujarnya.

Dokumen yang tidak bisa diakses oleh publik, kata Zulfikar, adalah informasi yang dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara. "Sementara ini dokumen publik dan seharusnya dapat diakses oleh siapa pun," ujarnya lagi.

Sayangnya, Ketua BRA tidak berhasil dihubungi untuk mengkonfirmasi bantahan itu.

Badan Reintegrasi Aceh Kabupaten Aceh Utara dari tahun 2006 sampai 2008 telah
menyalurkan Rp 150 miliar bantuan kepada masyarakat, namun sejumlah elemen sipil di kabupaten penghasil gas alam cair ini menemukan sejumlah penyimpangan dalam penyaluran tersebut.

IMRAN MA

Presiden Resmikan Sejumlah Proyek di Aceh

Presiden Resmikan Sejumlah Proyek di Aceh

Senin, 23 Februari 2009 |

TEMPO Interaktif, Banda Aceh: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkunjung ke Aceh untuk meresmikan sejumlah proyek rekonstruksi, Senin (23/02). Kepala Humas Pemerintahan Aceh, Hamid Zein, mengatakan Presiden akan tiba di bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar sekitar pukul 12.00 WIB.

Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan pejabat lainnya akan menyambut Presiden dan rombongan. "Presiden kemudian akan menuju ke pendopo untuk ditepung tawari," katanya. Acara puncak peresmian sejumlah proyek akan dipusatkan di lapangan Blang Padang.

Proyek rekonstruksi yang diresmikan di antaranya museum tsunami, politeknik Aceh, pelabuhan Ulee Lheue dan Waduk Keliling. "Presiden juga akan meninjau sejumlah proyek tersebut," kata Hamid. Rencananya, presiden akan menginap satu malam di Banda Aceh dan kembali ke Jakarta Selasa sore.

ADI WARSIDI

Martti Berjanji Kawal Perdamaian di Aceh

Martti Berjanji Kawal Perdamaian di Aceh

Senin, 23 Februari 2009

TEMPO Interaktif, Jakarta: Tokoh perdamaian Martti Ahtisaari berjanji akan tetap mengawal pelaksanaan proses perjanjian damai di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang telah disepakati di Helsinski, 15 Agustus 2005. Hal itu disampaikan Martti dalam pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Senin (23/2) pagi. Pertemuan dilakukan di Ruang VIP Lanud Halim Perdanakusuma, sebelum Presiden Yudhoyono berkunjung ke Aceh.

Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal mengatakan Presiden meminta Martti Ahtisaari selaku Ketua Crisis Management Inisiative and Interpiece tetap membantu kelancaran implementasi proses MOU Helsinski. Antara lain dengan menjaga agar tokoh-tokoh eks GAM tetap menjaga perdamaian di Aceh dalam kerangka otonomi luas, dalam bingkai NKRI.

"Martti Ahtisaari mengatakan berjanji akan melakukan hal itu. Karena beliau masih menjaga kontak dengan tokoh-tokoh Aceh terutama dari eks GAM," kata Dino dalam jumpa pers usai pertemuan.

Presiden Yudhoyono menekankan kepada mantan Presiden Finlandia itu bahwa proses reintegrasi GAM juga harus terus dijalankan. Kalau pun ada masalah-masalah teknis di lapangan harus diselesaikan dengan semangat otonomi luas.

Ninin Damayanti

Jumat, 20 Februari 2009

Ribuan Warga Sabang Protes BRR

Ribuan Warga Sabang Protes BRR
Kamis, 20 Februari 2009

Sabang Aceh—Ribuan warga Sabang memprotes kebijakan BRR Aceh-Nias dan PT ASDP Indonesia Ferry dengan membubuhkan tanda tangan pada spanduk putih di Pelabuhan Balohan, Kamis (19/2). Aksi itu terkait pengadaan satu unit kapal Roro bantuan BRR kepada masyarakat Pulau Weh untuk melayani pelayaran rute Balohan–Ule Lheu.

Iin Ibrahim, 35, Koordinator Forum Masyarakat Peduli Sabang, mengatakan aksi penggalangan tanda tangan itu dilakukan agar Pemerintahan Aceh dan mengetahui apa yang diinginkan masyarakat Sabang.

Menurutnya, KMP BRR tersebut merupakan kapal bantuan untuk Sabang atau Aceh. “Tapi sekarang seperti kapanya Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jadi, ada indikasi monopoli yang dilakukan pihak BRR dengan PT ASDP,” katanya.

Dia menyebutkan, meskipun kapal KMP BRR diberikan pengelolaannya kepada ASDP tetapi janganlah kapal itu dijadikan seperti milik ASDP sendiri. ”KMP BRR adalah aset Pemerintahan Aceh untuk selamanya dan bukan aset PT ASDP Indonesia Ferry,” tandasnya.

Ramliyus, 60, tokoh masyarakat Sabang menjelaskan, protes warga tersebut sebagai bentuk proaktif masyarakat dalam memperjuangkan aset Pemerintah Aceh. “Pengalaman pahit di masa lalu dengan tenggelamnya KMP Gurita yang menewaskan ratusan warga, atas dasar ini mereka menandatangani spanduk itu untuk meminta BRR agar kapal itu dikelola oleh Pemko Sabang dan menjadi aset Pemerintahan Aceh,” ujarnya.

Dia berharap, kapal bantuan BRR itu benar-benar menjadi aset Pemko Sabang dan Pemerintah Aceh. “Jadi kapal tersebut tidak dapat dipindah-pindahkan ke daerah lain, kemana pun serta oleh siapa pun,” tandasnya.

Ditegaskannya, kapal tersebut boleh saja dikelola pihak ASDP tetapi tetap menjadi aset daerah, karena bantuan BRR itu untuk kepentingan masyarakat Sabang dengan rute pelayaran Balohan–Ulelheue.(HARIAN ACEH)

Di Bawah Todongan Senjata Api, Istri Pengusaha Dipreteli Komplotan Bersebo

Di Bawah Todongan Senjata Api, Istri Pengusaha Dipreteli Komplotan Bersebo
Kamis, 19 Februari 2009 12:41

ACEH TIMUR —Komplotan bersebo beraksi di rumah warga Gampong Alue Bu, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur. Di bawah todongan senjata api, Nurlela, 30, istri pengusaha excavator atau bekho, dipaksa menyerahkan sejumlah uang dan barang-barang berharga lainnya. Pelaku berhasil meraup uang tunai Rp12 juta, STNK Yamaha Jupiter Z, dan satu unit handphone Nokia milik korban.

Informasi yang dihimpun Harian Aceh menyebutkan, perampokan itu terjadi pada Selasa (17/2) malam sekira pukul 22.00 WIB. Ketika itu korban sedang duduk di teras rumahnya dengan seorang wanita tetangganya. Sementara suami korban, Tarmizi alias Abu Nek, 44, saat itu sedang berada di Peukan Alue Bue yang tidak jauh dari rumah korban.

“Korban bersama tetangganya sedang asyik ngobrol, tiba-tiba lima orang bersebo dan membawa dua pucuk senjata api jenis pistol dan AK muncul dari belakang rumah korban. Mereka langsung menyergap korban,” ujar salah seorang kerapat korban, Rabu (18/2).

Kehadiran tamu tidak diundang tersebut, lanjut dia, membuat Nurlela terkejut dan ketakutan. Sementara kawanan perampok itu langsung meminta korban untuk menyerahkan sejumlah uang. “Mulanya, korban mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki uang sebagaimana yang diminta pelaku. Namun, karena di bawah todongan senjata api dan ancaman pelaku, akhirnya korban masuk ke rumah untuk mengambil sejumlah uang yang disimpan dalam lemarinya di kamarnya,” katanya.

Namun, para pelaku juga mengikuti hingga ke kamarnya. Sehingga, saat melihat Nurlela sedang mengambil uang, pelaku langsung merampas semua uang dari tangan korban yang berjumlah lebih kurang Rp12 juta.

“Pelaku ikut mengambil satu STNK Yamaha Jupiter Z dan satu unit Hp Nokia milik korban. Usai melancarkan aksinya, lebih kurang selama 15 menit, kawanan perampok bersenjata api tersebut langsung kabur dan menghilang dalam kegelapan malam,” kisahnya.

Kapolres Aceh Timur AKBP Drs Ridwan Usman yang dihubungi Harian Aceh melalui telepon selulernya mengatakan pihaknya sudah menerima pengaduan korban terkait aksi perampokan bersenjata api itu.

“Kami sudah terima laporannya. Namun saat kami datang ke lokasi kejadian, kawanan perampok itu sudah tidak ada lagi. Meski demikian, kami tetap menindak dan mengejar pelaku,” ungkap Ridwan.

Dia mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan penyisiran di beberapa daerah yang dicurigai sebagai tempat persembunyian kawanan perampok tersebut. “Komplotan bersenjata api yang mempreteli harta benda Nurlela itu diperkirakan adalah mereka yang selama ini melakukan aksi perampokan dengan menggunakan senjata api di Aceh Timur. Kami yakin, pelaku ini ada keterkaitannya dengan aksi perampokan yang terjadi sebelumnya,” pungkas Kapolres.(HARIAN ACEH)

Diduga Perkara Jaga Malam, Mantan GAM Ditangkap

Diduga Perkara Jaga Malam, Mantan GAM Ditangkap
Kamis, 20 Februari 2009 11:55

ACEH UTARA--Mantan representatif GAM pada kantor AMM Perwakilan Lhokseumawe dan Aceh Utara, Sabri Ismail diciduk petugas dari Polres Lhokseumawe saat berada di kantor Green Plant NGO, di Krueng Mane, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, Kamis (19/2). Penangkapan tersebut diduga terkait perkara jaga malam.

Sejumlah warga setempat menyebutkan, Sabri Ismail diciduk oleh empat personel Polres Lhokseumawe yang memakai rompi antipeluru dan bersenjata lengkap. “Polisi itu ada yang berseragam dinas dan ada juga yang berpakaian preman. Mereka datang dengan mobil kijang abu-abu BL 644 NC. Kabarnya Tgk Sabri ditangkap karena terkait masalah jaga malam,” kata warga yang minta namanya dirahasiakan.

Saat polisi masuk ke kantor Green Plant NGO itu, kata dia, Sabri Ismail sedang mengetik di laptopnya. Selain Sabri, di kantor tersebut juga ada Saiful alias Pon dan Hasyem. “Polisi menanyakan, ‘yang mana Tgk Sabri’. Tidak ada yang menjawab. Saat keadaan sudah agak panas, baru ada yang mau tunjuk ke arah Tgk Sabri. Lalu, Tgk Sabri mengeluarkan dompetnya dan memberikan kepada adik iparnya, Hasyem. Tapi kemudian diambil oleh polisi yang langsung membawa Tgk Sabri,” kata dia.

Sejak perdamaian Aceh terwujud, lanjut dia, Sabri Ismail aktif di Green Plant, NGO yang bergerak di bidang pendataan warga cacat dan korban konflik.
Sementara Kapolres Lhokseumawe AKBP Zulkifli mengatakan Sabri Ismail ditangkap di kantor KPA Sago Ie Rob Muara Batu. “Mantan GAM itu kami tangkap karena melarang kepala desa dan warga menghidupkan pos siskamling di desanya, Keude Mane,” sebut Kapolres.

Zulkifli menjelaskan, pada hari Minggu (12/2) lalu, Geuchik Keude Mane Kecamatan Muara Batu mengumpulkan masyarakat di meunasah setempat untuk rapat menyangkut pelaksanaan ronda malam atau siskamling guna menindaklanjuti program Polres Lhokseumawe dan instruksi Bupati Aceh Utara. “Selesai rapat, salah seorang warga yang bernama Sabri Ismail mengambil pengeras suara dan mengatakan dia tidak mau siskamling karena bertentangan dengan MoU Helsinki. Dia juga mengancam aparat desa, ‘bila ada yang siskamling resiko ditanggung sendiri’,” papar Kapolres.

Menurut dia, Sabri Ismail bisa dijerat dengan pasal tentang pengancaman. “Kita tidak akan mentolelir setiap kejahatan yang dilakukan oleh siapa pun, supaya pelaksanaan Pemilu 2009 berjalan aman dan tertib. Pos siskamling itu kan untuk menjaga keamanan di desa-desa, kenapa malah dilarang,” tandas Kapolres Zulkifli.(HARIAN ACEH)

Minggu, 15 Februari 2009

Ketua Partai Aceh Tewas Ditembak

Ketua Partai Aceh Tewas Ditembak
Jum'at, 13 Februari 2009 | 06:03 WIB

TEMPO Interaktif, Aceh Barat: Taufiq Ketua Partai Aceh untuk wilayah Ujung Kalak, Johan Pahlawan, Meulaboh, Aceh Barat, Nanggroe Aceh Darussalam, tewas ditembak tak dikenal.

”Kami sangat khawatir dengan situasi keamanan di Aceh, yang semakin hari kian keruh,” ujar Ibrahim Bin Syamsuddin, juru bicara Komite Peralihan Aceh, tadi malam.

Menurut Ibrahim, Taufiq ditembak Kamis dinihari di bagian dada dan tewas di lokasi kejadian. Korban dimakamkan di Desa Seuneubok. Sebelumnya, Selasa (3/2), Dedi Novandi Alias Abu Karim yang menjadi Sekretaris Organisasi Komite Peralihan Aceh wilayah Bireuen tewas ditembak di Desa Pulo Kiton, Kecamatan Kota Juang, Bireuen.

Ibrahim berharap polisi bekerja serius mengungkap penambak gelap tersebut. Jangan membiarkan Aceh kembali bersimbah darah. ”Sangat kami harapkan pihak international segera datang ke Aceh, kami rakyat Aceh ingin hidup damai,” ujar Ibrahim.
IMRAN MA

Tiga Anggota KPA Ditembak, Dua Tewas

Tiga Anggota KPA Ditembak, Dua Tewas

“Motif penembakan belum diketahui.”

BANDA ACEH - Peristiwa kekerasan kembali terjadi di bumi Nanggroe Aceh Darussalam. Kendaraan anggota Komite Peralihan Aceh (KPA) ditembaki orang tak dikenal di Desa Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, kemarin. Satu orang tewas dan satu lagi luka-luka.
Korban tewas adalah Muhammad Nur. Adapun yang terluka adalah Zakaria, yang dirawat di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh. Keduanya berasal dari Desa Lampanah Leungah, Kecamatan Selimuem, Aceh Besar. KPA adalah organisasi mantan prajurit tempur Gerakan Aceh Merdeka.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 12.00 WIB. Mereka dalam perjalanan dari Krueng Raya menuju Banda Aceh. Sampai di Kajhu, dua orang berboncengan sepeda motor bebek, memepet mereka. Dalam hitungan detik, kendaraan mereka lalu ditembaki dengan pistol.
Setelah itu, pelaku langsung melarikan diri ke jalan desa. Zakaria yang menyetir mobil tertembak di bagian perut, dada, dan lengan kiri. Rekannya, tertembak di dada kiri dan lengan kiri.

Dalam kondisi terluka, Zakaria masih sanggup mengendalikan mobil dan menyetir sampai rumah sakit, sekitar enam kilometer dari tempat kejadian. Di sana ia tahu kawannya telah tewas. "Saya tidak mengenal pelaku penembakan itu," ujarnya.

Sehari sebelumnya, penembakan juga terjadi di Kota Juang, Bireuen. Sekretaris KPA wilayah Bireuen, Dedi Novandi alias Abu Karim, 37 tahun, tewas ditembak ketika hendak turun dari mobil di rumahnya. Ia ditembak di sisi kanan telinga, tepat belakang kepala.

Di lokasi, polisi menemukan satu proyektil dan selongsong peluru jenis senjata genggam. "Kami belum mengetahui motif penembakan karena kami belum pernah menerima laporan korban pernah diteror," kata Wakil Kepala Kepolisian Resor Bireuen Komisaris Armaini.

Alasan serupa juga disampaikan Wakil Kepala Polisi Kota Besar Banda Aceh Ajun Komisaris Besar Cahyo Budi. Namun, Budi berjanji akan mengerahkan jajarannya mengusut kasus ini.

Juru bicara KPA pusat, Ibrahim Syamsuddin, menilai penembakan dilakukan oleh pihak-pihak yang tak ingin Aceh damai dan aman. Sejauh ini, teror itu tak hanya ditujukan kepada fasilitas fisik, tapi juga mengarah ke tokoh dan anggota KPA di berbagai tempat. Ia minta polisi segera menghentikan aksi kelompok ini agar tidak semakin merajalela.

Juru bicara Kepolisian Daerah Aceh, Komisaris Besar Farid Ahmad, mengaku kesulitan mengungkap kasus-kasus kekerasan di Aceh karena minimnya partisipasi masyarakat. ADI WARSIDI | IMRAN MA